Masa Depan Pangan Dunia: Let’s Go Nano!
Teknologi nano adalah suatu teknologi yang mampu mengubah suatu material menjadi material lain dalam skala nano. Material berukuran nano tersebut memiliki sifat-sifat yang unik dan berbeda dari material asalnya sehingga dapat dimanfaatkan lebih lanjut. Pengembangan teknologi nano dapat diaplikasikan dalam banyak bidang seperti energi, kesehatan, dan elektronik. Teknologi nano bisa dibilang telah sangat maju di negara-negara lain, misalnya Amerika Serikat yang tercatat sebagai pengembang teknologi nano terbesar dengan anggaran yang terus naik dari tahun ke tahun. Bahkan seiring berjalannya waktu, negara-negara berkembang pun tidak mau kalah dalam pengembangan teknologi nano ini.
Di Indonesia sendiri pengembangan teknologi nano masih tergolong baru walaupun di negara lain pengembangan teknologi nano telah digarap dengan amat serius sejak awal. Di Indonesia, Pemerintah sudah memosisikan sains dan teknologi nano sebagai prioritas arah pembangunan dan dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Beberapa contoh lembaga-lembaga yang menyelenggarakan penelitian pengembangan teknologi nano adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Muria Research Center (MRC) Indonesia, dan Badan Litbang Pertanian. Beberapa perguruan tinggi seperti ITB, UI, UNPAD, ITS, dan UGM juga melakukan penelitian-penelitian teknologi nano. Walaupun begitu, penelitian yang ada belum terpadu secara perencanaan, pelaksanaan, hingga koordinasinya antara satu dengan yang lainnya.
Penelitian dan pengembangan teknologi nano dalam bidang pertanian dan pangan, khususnya di Indonesia, masih termasuk terbatas apabila dibandingkan dengan bidang kesehatan serta elektronik. Padahal pengembangan teknologi nano dalam bidang pertanian dan pangan ini memiliki potensi yang sangat besar. Pada bidang pertanian, teknologi nano dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi dalam formulasi pupuk, pengendalian hama beserta pemahaman mekanisme interaksi inang-parasit dalam tingkat molekuler, dan juga pengembangan pestisida generasi baru.
Sementara dalam bidang pengolahan pangan, aplikasi teknologi nano diterapkan dalam pengembangan biopresentatif nano yang berguna untuk mempertahankan mutu pangan, pengembangan kapsul nano, produk emulsi nano untuk meningkatkan kelarutan dan penyerapan zat gizi serta senyawa aktif pangan, penggunaan partikel nano pada produk pangan untuk menghambat penyerapan gula dan lemak, nanostruturisasi pangan untuk memperpanjang rasa kenyang. Selain itu, pengembangan kemasan pangan menggunakan teknologi nano yang terbagi menjadi 4 tipe yaitu:
- Komposit polimer nano dengan kandungan partikel nano hingga 5%,
- Kemasan aktif yang mengandung partikel nano dan bersifat antimikroba,
- Nano-coating aktif
- Kemasan “Pintar” yang dilengkapi dengan biosensor.
Secara umum, pengembangan teknologi nano dalam bidang pangan memiliki beberapa keunggulan, seperti memiliki sifat barrier dan mekanis yang lebih baik dalam penggunaan kemasan dan biofilm, serta stabilitas emulsi.
Banyak pihak percaya bahwa teknologi modern seperti bioteknologi dan teknologi nano adalah solusi untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas pangan yang akan mengamankan kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat. FAO/WHO (2013) memprediksikan bahwa akan terdapat kenaikan tren pengembangan teknologi nano dalam bidang pertanian, pangan, dan juga kesehatan.
Guttierez et al (2012) melaporkan bahwa populasi manusia akan mencapai 9,1 miliar pada tahun 2050. Pertumbuhan ini juga terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Oleh sebab itu, seiring berjalannya waktu, akan terjadi peningkatan permintaan terhadap pakan, pangan, dan juga energi. Dengan demikian, tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana caranya agar negara-negara dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan ketersediaan lahan yang semakin menipis dan biaya input yang lebih rendah, tetapi tetap meminimalisir dampak buruk bagi ekosistem.
Tantangan kedua adalah adanya persaingan ketat dalam ekspor komoditi pertanian dan pangan Indonesia, padahal impor pangan semakin banyak menggempur Indonesia. Persaingan ekspor dan impor ini juga dipengaruhi oleh standar kualitas dan nilai gizi produk pangan juga semakin meningkat dengan adanya globalisasi informasi mengenai gaya hidup yang lebih sehat dan berkualitas. Oleh karena itu, banyak negara melihat teknologi modern sebagai jawaban dari semua permasalahan dan tantangan yang ada untuk memenangkan persaingan global di masa depan dalam bidang pangan dan juga bidang-bidang lainnya.
Tantangan dan permasalahan dunia di masa depan inilah yang membuat pengembangan teknologi nano manjadi amat penting dan harus mulai difokuskan di Indonesia agar kelak tidak tertinggal dalam persaingan global. Dan khusus dalam bidang pertanian dan pangan, teknologi nano menjadi salah satu upaya dalam mengamankan tersedianya pangan serta pakan terutama di dalam negeri. Di masa depan, negara yang dapat menguasai teknologi nano digadang-gadang sebagai negara yang akan menguasai segala aspek di dunia seperti dalam hal ekonomi, kesehatan, dan energi. Bahkan presiden Korea Selatan dalam pidatonya menyebutkan, “Go Nano or Die!” yang menunjukkan keseriusan negara-negara maju dalam menyikapi teknologi nano ini. Jangan sampai Indonesia yang kaya akan material nano dan sumber daya alam melimpah ini kalah dalam persaingan global kelak karena telat dalam pengembangan teknologi nano. Perlu dukungan dari segala aspek dan lapisan masyarakat mulai dari pemerintah, investor, hingga sumber daya intelektual dalam menyukseskan teknologi ini. Tetapi yang jelas teknologi nano adalah sesuatu yang penting untuk segera kita kuasai agar tidak tertinggal dan bisa berdikari di masa yang akan segera datang.
Referensi :
Ariningsih, Ening. (2017). Prospek Penerapan Teknologi Nano dalam Pertanian dan Pengolahan Pangan di Indonesia. Forum penelitian Agro Ekonomi. 34. 1. 10.21082/fae.v34n1.2016.1-20.
https://foodtech.binus.ac.id/2017/04/25/manfaat-teknologi-nano-di-bidang-pangan/
Penulis :
Christina Suryani Rahayu (PG’19)